SALAHUDIN AL AYUBI

 

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

قُلْ سِيرُوا فِى الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عٰقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

"Katakanlah (Muhammad), "Berjalanlah kamu di Bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa." (QS. An-Naml 27: Ayat 69)

 

إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun seseorang yang memperbaharui agamanya” (HR. Abu Daud)

 

Setiap penghujung 100 tahun akan ada seorang yang memperbaharui agamanya. Namun mujaddid tidak membawa agama baru mengembalikan agama dan ajaran Islam yang benar sesuai dengan alQuran dan hadis karena dianggap sudah menyimpang.



Biografi

Nama

Salahudin Yusuf Al Ayubi

Dikenal

Salahudin Al Ayubi

Lahir

1138 M di Tikrit, Iraq

Wafat

4 Maret 1193 M di Damaskus, Syria

Orang Tua

Najmuddin bin Ayyub

Masa Kekuasaan

1174 M-4 Maret 1193 M 

Pendahulu

Nuruddin Zengi

 

Kepribadian Shalahuddin al ayubi tumbuh dan berkembang berkat karunia Allah SWT, terkait erat dengan peran guru  Nurudin Mahmud .

Kepribadian guru mempunyai pengaruh besar perkembangan dan keberhasilan murid.

Nurudin Mahmud adalah orang yg meletakkan pondasi bangunan, sedsngkan Shalahuddin al ayubi adalah yg meninggikan bangunan tersebut.

Misi Nurudin Mahmud dilanjutkan Salahudin yaitu menyatukan umat Islam di Mesir, Syiria, dan Allepo untuk mengambil alih al Quds.

Salahudin lahir di Tikrit, bertepatan dengan pengusiran keluarga karena pamannya membunuh panglima penjaga banteng yang berbuat asusila terhadap seorang wanita. Sang ayah, Najmuddin Ayyub melangkahkan kakinya menuju Mosul dan ketemu dengan Imaduddin az-Zanki yang pernah  menolong ketika dikejar tentara Bagdad. Najmuddin Ayyub diberi amanah oleh Imaduddin az-Zanki sebagai sebagai Gubernur Baalbek.

Sebagai putra kerajaan, Shalahuddin mendapatkan pendidikan yang baik yang ia peroleh selama di Baalbek (Suriah). Selama menetap di Suriah maupun pada saat di Damaskus, Shalahuddin telah mendapatkan pendidikan yang setara dengan anak seorang penguasa. Shalahuddin menghabiskan masa kanak-kanaknya di Baalbak, ketika beranjak dewasa ia pindah ke Damaskus. Ia selalu mendatangi tempat-tempat belajar untuk belajar membaca, menulis, dan menghafal Al-Quran, Fiqh dan Syair (Sastra), ditambah lagi belajar kaidah bahasa dan dasar-dasar nahwu dari para Ulama sebagaimana putra-putra Raja.

Paska kematian Imaduddin Zanki, dilanjutkan Nuruddin Mahmud. Karier Shalahuddin Al Ayyubi sebagai tentara dimulai ketika penunjukkan atas dirinya sebagai wakil dari pamannya Asadudin Syirkuh untuk menemaninya menuju Mesir atas perintah dari Nuruddin Mahmud karena terjadi kekacauan di dalam tubuh Dinasti Fatmiyah.

Singkat cerita, Asadudin Syirkuh berhasil menyelesaikan kisruh di dinasti Fatimiah, ia ditunjuk oleh sultan Al-Adhid menjadi sebagai wazir dan salahudiin dipercaya menjadi sebagai pemimpin keamanan wilayah Mesir.

Dua bulan kemudian Asadudin Syirkuh meninggal, sehingga sultan menunjuk Shalahudin sebagai Wazir (Perdana Mentri). Saat itu usianya 30 tahun.

Salahudin Al Ayubi Diangkat Menjadi Mentri di Mesir

2 bulan lamanya memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia maksud untuk memberantas diskusi Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir.

Bagaimana bisa kita merasakan sampai saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan yang lain yaitu mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.


Runtuhnya Dinasti Fatimiah

Pada tahun 1171 M, Sultan Al-Adhid meninggal dunia, dan berakhirlah keturunan dari Kekhalifahan Dinasti Fatimiyah. Tidak ada lagi pengganti Khalifah Al Adhid yang berasal dari keturunannya, Shalahuddin Al Ayyubi yang menjabat sebagai perdana menteri naik tahta, pasca kematian Al Adhid. Naiknya Shalahuddin Al Ayyubi sebagai penguasa Mesir menggantikan Khalifah Fatimiyah Al Adhid, menjadi momen penting dalam misinya untuk menyatukan Umat Islam. Dalam kekuasaannya, Shalahuddin berhasil menyatukan wilayah-wilayah Islam yang mencangkup utara Irak (Kurdistan), Suriah, Yaman, Maroko, dan pesisir pantai Afrika Utara. Pada tahun 1174 ia berhasil menguasai Damaskus kemudian Aleppo (tahun 1185) dan Mousul (pada 1186).

 

Salahudin Al Ayubi Menaklukkan Yerusalem

Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Yerusalem benar-benar matang. Ia menyiapkan persiapan keimanan dan menyiapkan bahan yang luar biasa.

Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada muslimin dengan membangun madrasah dan meluaskan dakwahnya, persatuan dan hubungan umat.

Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan bangsa Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah misi dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh. Momen jatuhnya Baitul Maqdis bertepatan dengan malam isra’ mi’raj 27 Rajab 538 H/1160 M. Atas hilangnya Baitul Maqdis dari kekuasaan pasukan Salib, pasukan Shalahuddin tidak melakukan kekerasan terhadap penduduk Kristen Baitul Maqdis (Yerusalem), tidak seperti yang telah dilakukan pasukan Salib pada 1099 M, dalam invasi pertamanya menguasai Baitul Maqdis yang telah membunuh 70.000 penduduk Muslim dari anak-anak hingga dewasa.

Mendengar keberhasilan Umat Islam telah menguasai Baitul Maqdis, Umat Kristen Eropa  sangat kecewa hilangnya tempat Suci mereka. Ahirnya tahun 1187 M kaum Salib menyerang umat Islam di Hitin, sehingga dikenal Perang Hitin.


Perang Hittin

Hari ini di 1187 pertempuran Hittin berakhir. Perang ini adalah suatu pertempuran yang terjadi pada bulan Ramadan tahun 584 H/1187 M, antara pasukan Muslim dibawah pimpinan Salahuddin Ayyubi dan Tentara Salib dari Kerajaan Yerusalem.

Pertempuran ini dimenangkan oleh pihak Muslim, dan adalah salah satu pertempuran terpenting dalam Perang Salib. Sebagian besar kekuatan tentara salib di tanah suci terbunuh atau ditawan oleh pihak Muslim (termasuk raja Guy Lusignan yang berhasil ditawan), dan setelah pertempuran ini tentara Muslim dapat merebut kembali Yerusalem dan kota-kota lainnya di tanah suci.
Pertempuran ini kemudian menjadi bahan kajian dalam sejarah perang di dunia. Strategi Salahuddin mengalahkan pasukan Kristen diakui sebagai sebuah strategi yang jenius. Nyaris hanya sedikit korban yang jatuh di kalangan Muslim.
Dalam strateginya, Salahuddin  sengaja memancing tentara Salib ke sebuah lembah bernama Hittin. Tentara Salib  berjalan menyeberangi lembah-lembah Galilea dalam musim panas yang terik. Mereka terbebani oleh pakaian dan peralatan tempur yang berat. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu beberapa jam akhirnya harus ditempuh seharian. Salahuddin kemudian mengirimkan pemanah-pemanah jitu untuk mengikuti mereka dari kejauhan, mengincar tentara-tentara yang terpisah sendirian. Sekitar 10,000 orang tentara salib binasa. Tentara Salib dikepung oleh Pasukan Salahuddin. Dengan jenius, Salahuddin menyuruh pasukannya untuk terus memprovokasi pasukan Salib yang kebingungan karena kebodohan pimpinannya.
Ada kisah menarik dari pertempuran ini. Usai kemenangan pasukannya, Salahuddin  membawa  dua tawanan penting yang langsung dibawa ke tendanya yaitu Raja Guy dan Reynald. Salahuddin memberikan sekantung air yang diberi es dari salju gunung Hermon kepada Raja Guy yang kemudian meminumnya. Setelah puas, Raja Guy memberikan kantung air kepada Reynald. Ketika Reynald akan meminumnya, Salahuddin menegaskan dia tidak mengizinkan Reynald untuk minum. Sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab waktu itu untuk tidak membunuh lelaki yang telah diberi makan dan minum olehnya.

Teringat akan sumpahnya untuk membunuh Reynauld dengan tangannya sendiri karena begitu banyaknya kejahatan Reynauld terhadap kaum Muslim, Salahuddin memenggal kepala Reynauld dan menyeret mayatnya di ke Raja Guy yang ketakutan setengah mati. Kepada Guy, Salahuddin dengan tersenyum berkata bahwa seorang raja tak akan membunuh raja yang lain. Salahuddin kemudian menjelaskan bahwa Reynauld dipenggal karena kejahatannya yang begitu besar. Raja Guy kemudian dibawa ke Damaskus dan tak lama kemudian dibebaskan.
Kisah ini begitu terkenal karena dengan sempurna menggambarkan sikap Salahuddin yang penuh belas kasih. Ini adalah hal baru dalam sebuah perang suci menurut pandangan orang Kristen. Salahuddin tidak membantai seluruh orang Kristen tanpa pandang bulu, sebagaimana orang Kristen dengan semangat menaklukkan Yerusalem dan membantai seluruh kaum Muslim dan Yahudi.


Wafatnya Sang Pahlawan

seperti yang telah terjadi sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul, ulama, panglima perang dan yang lainnya, Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. shalahudin al ayubi wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus.

Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. banyak orang datang untuk mensholati jenazahnya, anak-kambing Ali, Utsman, dan Ghazi ikut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan membalas jasa-wahai wahai pahlawan Islam, sang pembebas Yerusalem.

 

Insya Allah disampaikan dalam Kultum Taraweh pada hari Minggu, 25 April 2021 (14 Ramadan 1442 H)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Model, Metode, Strategi, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran